Ahmad Atang: Mustahil 10 Bulan Lembata Berubah

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
Ruas jalan Pasar Pada Menuju Terminal Barat Lewoleba Dua Tahun Tidak Diperbaiki (foto: Dida)

KUPANG, SURYAFLOBAMORA.COM- Rasa duka meninggalnya Bupati Lembata Eliazer Yentje Sunur seminggu yang lalu masih terasa. Namun, sehari setelah duka itu, langsung disusul ditetapkanya Wakil Bupati Dr. Thomas Ola Langoday sebagai Pelaksana Tugas Bupati Lembata pada 19 Juli 2021.

Thomas Ola sebagai Pelaksana Tugas, menjadi tranding topic beberapa hari ini. Dimana Thomas Ola mulai melakukan gebrakan dengan sejuah statement dan inspeksi mendadak (Sidak) di beberapa instansi pelayanan publik, seperti RSUD, RS Bukit Lewoleba dan RS Damian.

4 (empat) tekadnya merubah Lembata buming seketika. Itulah menjadi prioritas Thomas Ola, untuk mengungkap dan mengurai setiap masalah di Lembata, yang menjadi tuntutan dan harapan rakyat Lembata. Langkah cerdas Thomas Ola, mendapat apresiasi dari publik, termasuk para akademisi di NTT.

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang menilai, bahwa Thomas Ola mampu atau bisa melakukan hal-hal untuk perubahan Lembata yang dicanangkan dalam 4 tekad prioritas tersebut. Namun sangat mustahil, dalam kurun waktu 10 bulan kepemimpinan Thomas Ola, Lembata bisa berubah. Dan publik harus realistis melihat dan menilai hal ini.

“Harapan masyarakat bertubi-tubi datang ke pundaknya. Namun publik juga harus realistis melihatnya. 10 bulan sangat mustahil Lembata harus berubah sesuai keinginan. Maka mari kita dukung Pak Thomas untuk membenahi Lembata yang secara akumulatif, mengalami problem hampir di semua sektor. Ini merupakan langkah antitesis yang harus dilakukan agar Lembata lebih baik ke depan,” kata Dr. Ahmad Atang, Jumat (23/7/2021).

Empat tekad atau prioritas Plt. Thomas Ola di antaranya, penataan kembali birokrasi dengan memfungsikan Baperjakat dalam menentukan promosi jabatan sesuai daftar urutan kepangkatan dan mengakomodir pejabat yang ‘terbuang’, mengatasi kelangkaan BBM, penataan Kota Lewoleba dan pembangunan pelabuhan laut.

Kata Ahmad Atang, empat prioritas Thomas Ola tersebut, merupakan persoalan urgen masyarakat Lembata hari ini, yang mesti diselesaikan. Disamping persoalan lain seperti penanganan pendemi Covid-19, persoalan penegakan hukum soal kasus awololong, tanah di merdeka, pembangunan kantor camat Buyasuri dan sebagainya. Dan Thomas Ola sudah sangat memahami betul, bagaimana mengelola sumberdaya yang ada untuk menjawabi sejumlah persoalan itu.

“Bagi saya, sah-sah saja seorang kepala daerah menetapkan skala prioritas untuk dikerjakan. Dan saya yakin, Thomas Ola bisa lakukan semua itu. Bukan hal yang baru bagi Thomas Ola. Beliau bukan orang luar yang baru masuk, namun dia adalah orang dalam yang sudah paham. Tidak perlu butuh waktu untuk belajar, namun sudah langsung action,” kata Ahmad Atang.

Menurutnya, selama ini sebagai Wakil Bupati, kesan publik bahwa Thomas Ola cenderung diam di tempat. Dan sekarang kekuasaan sudah ditangan, maka saatnya Thomas Ola berbuat.

Terkait penetapan Thomas Ola sebagai Pelaksana Tugas, Ahmad Attang mengatakan, hal itu telah sesuai regulasi. Apabila bupati berhalangan tetap karena meninggal dunia, maka otomatis posisi wakil akan melaksanakan tugas bupati sambil menanti penetapan secara definitif. Oleh karena itu, Thomas Ola Langodai hanya menunggu waktu untuk ditetapkan sebagai Bupati Lembata definitif menggantikan Yance Sunur yang meninggal dunia akibat terserang Covid-19.

Selain itu, Ahmad Atang menambahkan, secara politik Thomas Ola tentu mempunyai keinginan untuk maju bertarung pada Pilkada serentak di tahun 2024. Di atas kertas, memang partai besar yang mempunyai kursi signifikan di DPRD Lembata, seperti Golkar, PDIP, NasDem dan PKB, akan menjadi partai pengusung.

Namun secara faktual, ada keterbatasan figur yang siap secara politik, sosial dan finansial. Demikian sudah dapat dipastikan, bahwa Thomas Ola tentu akan maju dengan Demokrat.

“Thomas Ola tentu punya keinginan untuk maju bertarung pada Pilkada serentak di tahun 2024. Golkar dan PDIP punya peluang mengusung kader sendiri. Nasdem dan PKB terjadi krisis figur, sehingga berpeluang akan membangun arah koalisi dengan figur yang ada atau mencari figur lain, selain Golkar, PDIP dan Demokrat,” pungkas Ahmad Atang.

Penulis: Protus/Alle
Editor: Alvin Lamaberaf